***MUHSINUN***: PEMIKIRAN-PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI: PEMIKIRAN-PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI Oleh: Muhsinun I. PENDAHULUAN Bersamaan dengan perputaran dunia, modernisasi d...
Muhsinun Link
Rabu, 23 Mei 2012
Sabtu, 12 Mei 2012
Kamis, 10 Mei 2012
agama dan manusia
AGAMA DAN KEHIDUPAN
MANUSIA
Oleh Drs.
Takdir Alisyahbana
Dosen PAI
Uniersitas Musi Rawas, Lubuk Linggau.
A. AGAMA
1.Makna Agama.
Untuk memahami peranan agama
dalam kehidupan manusia, maka dibutuhkan pemahaman makna agama baik secara
harfiah maupun maknawiyah. Makna agama secara harfiah dapat kita fahami melalui
asal muasal kata agama itu sendiri. Menurut Muhammad Daud Ali ada berbagai
macam teori mengenai kata agama. Pertama akar kata agama adalah gam yang
mendapat awalan a dan akhiran a. terkadang juga kata gam mendapat awalan i dan
akhiran a yaitu igama. Kadang kala juga kata gam mendapat awalan u akhiran a
yaitu ugama. Agama itu sendiri bermakna peraturan, tatacara, upacara hubungan
manusia dengan raja. Igama berarti peraturan, tata cara, upacara hubungan
dengan dewa-dewa. Sedangkan ugama berarti peraturan, tatacara dalam hubungan
antar manusia. Kata agama dipakai dalam bahasa Indonesia, Igama dalam bahasa
Jawa dan Ugama dalam bahasa Melayu.
Selain kata agama, dipakai
juga kata din dipruntukkan din al-islam. Kata al-din berasal dari bahasa Arab,
yang secara harfiah berarti; takut dan setia, paksaan, tekanan, penghambaan,
perendahan diri, pemerintahan, kekuasaan, siasat, balasan, adat, pengalaman
hidup, perhi- tungan amal, hujan yang tidak tetap turunnya.
Ada kata religi berasal dari
bahasa latin relegio berarti mengikat kembali, maksudnya dengan bereligi
seseorang mengikat dirinya dengan Tuhan.
Untuk agama Islam, kata yang tepat
adalah kata din ( ) yang tercantum
dalam Q.S al-Ma- idah (5): 3, “pada hari ini Kami sempurnakan untuk mu dinmu
dan nikmatku serta Aku rela Islam sebagai din”. Ayat ini mengandung pengertian
pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan secara vartikal, dan hubungan manusia
dengan manusia dalam masyarakat, terma- suk dirinya sendiri dan alam lingkungan
hidupnya (horizontal). Kedua tata hubungan ini di- pertegas oleh Q.S.Ali
Imran(3):112.
ôMt/ÎàÑ ãNÍkön=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO wÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# râä!$t/ur 5=ÒtóÎ/ z`ÏiB «!$# ôMt/ÎàÑur ãNÍkön=tã èpuZs3ó¡yJø9$# 4
Ï9ºs öNßg¯Rr'Î/ (#qçR%x. tbrãàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# tbqè=çGø)tur uä!$uÎ;/RF{$# ÎötóÎ/ 9d,ym 4
y7Ï9ºs $yJÎ/ (#q|Átã (#qçR%x.¨r tbrßtG÷èt ÇÊÊËÈ
112.
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[218],
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. yang demikian itu[219] Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu[220]
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
Makna agama menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (1997) adalah system atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan ter- sebut.
Gizi Gazalba mengartikan
agama adalah hubungan manusia dengan Yang Maha Suci yang di- nyatakan dalam
bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
Mc Muller dan Harbert Spencer
mendefinisikan agama sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan
tenaga akal dan pendidikan saja.
A.S. Hornby, E.V Gatanby dan
Wakefield mengartikan agama adalah kepercayaan kepada adanya kekuasaan pengatur
yang bersifat luar biasa, pencipta dan pengendali dunia, serta member kodrat
rohani kepada manusia yang berlanjut
sampai sesuadah manusia mati.
Definisi diatas adalah
pengertian agama secara umum. Sedang pengertian Agama Islam atau tepatnya diin
al Islam (diinul Islam) adalah sistem aqidah, syari’ah dan akhlak yang
berdasarkan Al-qur’an dan Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia agar salam di
dunia maupun di akhirat.
2. Klasifikasi Agama.
Agama ditinjau dari sumber
ajaran, dapat dibagi menjadi:
a. Agama wahyu
(revealed religion) disebut juga sebagai Agama Langit ( Samawi). Yang di-
maksud dengan Agama Langit adalah agama-agama yang bersumber pada wahyu Allah
yang termaktub dalam kitab Suci. Agama wahyu yang dikenal sekarang adalah
Yahudi, Nasrani dan Islam.
b. Agama Budaya (
cultur religion atau natural religion) disebut juga agama bumi atau agama
ardhi. Yang dimaksud dengan agama Budaya adalah agama berdasarkan hasil re-
nungan pemikiran atau filsafat. Yang tergolong agama model ini adalah Hindu,
Budha, Sinto, Majusi, Kong Hu cu dan lain-lain.
3. Ciri-ciri Agama Wahyu dan agama budaya.
Adapun ciri Agama Wahyu adalah sebagai berikut:
a. Agama Wahyu dapat
dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu disampaikan Malaikat Jibril
kepada manusia pilihan yang disebut Rasul Allah, saat itulah agama wahyu lahir.
Seperti Agama Islam lahir ketika Nabi Muhammad menerima wahyu Allah untuk
pertama kalinya pada tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah. Atau 16 Agustus 610 M.
b. Agama Wahyu
disampaikan kepada manusia melalui utusanNYA (Rasulullah) yang ber- tugas
selain menyampaikan, juga menjelaskan wahyu yang diterimanya dengan berba- gai
cara dan upaya.
c. Agama Wahyu
mempunyai kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan Allah. Wahyu
yang ada dalam kitab suci tidak boleh
berubah dan diubah.
d. Ajaran Agama wahyu
mutlak kebenarannya, karena berasal dari Allah Yang Maha benar. Kebenaran agama
Wahyu tidak terikat oleh ruang dan waktu. Wahyu ditentukan oleh Allah sendiri
dengan penjelasan lebih lanjut oleh Rasul-NYA.
e. Sistem hubungan
manusia dengan Allah, ditentukan oleh Allah sendiri dengan penje- lasan lebih
lanjut oleh Rasulullah. Sistem hubungan ini sifatnya tetap tidak berubah, wa-
laupun dahsyatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f.
Konsep ketuhanan dalam agama wahyu adalah monoteisme murni.
g. Ajararan agama wahyu
bersifat mutlak, dan berlaku untuk seluruh manusia. Pelaksa- naannya dilakukan
dengan akal yang sifatnya instrumental dan terbatas dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat manusia
yang menjadi penganutnya.
h. Sistem nilai agama
wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang
diselaraskan dengan uku- ran dan hakikat kemanusiaan. Yang bernilai baik
diwajibkan agar manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan. Yang bernilai
buruk dilarang atau diharamkan untuk mencegah kecelakaan dan penderitaan
manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
i.
Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudiaan
dibuktikan kebenaran- nya oleh ilmu pengetahuan (sains) modern.
j.
Melalui agama wahyu, Allah member petunjuk, pedoman,
tuntunan dan peringatan ke- pada manusia dalam pembentukan insan kamil.
Ciri agama
budaya, sebagai berikut:
a. Agama budaya tidak
dapat dipastikan kelahirannya karena mengalami proses partum- buhan sesuai
dengan proses pertumbuhan kebudayaan dalam masyarakat atau per- kembangan
pemikiran manusia yang memberikan ajaran agama budaya itu.
b. Agama Budaya tidak
mengenal Rasul Allah. Yang mengajarkan agama budaya adalah filosuf atau
pemimpin kerohanian atau pendiri agama itu sendiri.
c. Agama Budaya
(masyarakat sederhana) tidak mempunyai kitab suci. Agama budaya yang telah
berperadaban mungkin mempunyai kitab suci, namun isinya dapat berubah rubah
karena perubahan filsafat agama atau kesadaran agama masyarakatnya.
d. Ajaran agama budaya
kebenarannya relatif, terikat pada ruang dan waktu tertentu.
e. Dalam agama budaya,
sistem hubungan manusia dengan Tuhan berasal dari akal ber- dasarkan
kepercayaan dan pengetahuan serta pengalaman manusia yang senantiasa berubah.
f.
Konsep ketuhanan dalam agama budaya berkembang sesuai dengan
perkembangan pe- mikiran manusia mulai dari dinamisme sampai kepada monoteisme
tidak murni atau monoteisme terbatas.
g. Dasar-dasar agama
budaya bersfat relatif, karena ditujukan kepada manusia dalam ma- syarakat
tertentu yang belum tentu sesuai dengan masyarakat lain.
h. Nilai-nilai agama
budaya ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman serta
penghayatan masyarakat yang menganutnya.
i.
Agama budaya ketika mengungkapkan tentang alam, sering
dibuktikan kekeliruannya oleh sains. Demikian juga terjadi kekeliruan ketika
mengungkapkan peristiwa-peristi- wa sejarah. Sedangkan ramalan-ramalannya
tentang peristiwa yang akan datang sering tidak sesuai dengan pengalaman
manusia.
j.
Pembentukan manusia menurut agama budaya disandarkan kepada
pengalaman dan penghayatan penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain yang berbeda cita-cita
dan penghayatannya.
B. MANUSIA.
Manusia adalah makhluk unik
yang menjadi sentral sasaran kajian ilmiah. Berbagai panda- ngan tentang
manusia telah dikemukakan baik oleh agama maupun filsafat. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari banyaknya penamaan terhadap manusia, misalnya homo sapien (ma-
nusia berakal), homo economicus ( manusia ekonomi) dan sebagainya.
Ada yang berpandangan bahwa manusia adalah bentuk akhir dari
evolusi hayat yang mem- patkan manusia dalam alam binatang baik akal budi,
kesadaran maupun agamanya, inilah pandangan Darwin (1809-1882). Bahkan Thomas
Hobbes (1588-1679) sebelum Darwin su- dah menempatkan harkat martabat manusia
sejajar dengan binatang. Dia mengkualifikasi- kan sifat dan tabiat manusia
dengan binatang yang terkenal dengan homo homni lupus (ma- nusia serigala buat
manusia lainnya).
Mengkualifikasikan manusia
sejajar dengan binatang berarti menghilangkan aspek funda- mental sifat
rohaniyah manusia berupa agama, norma-norma kehidupan, moral dan kode etik. Perbedaan fundamental antara
manusia dengan binatang adalah manusia dikaruniai akal oleh Allah.
Manusia menurut pandangan
agama adalah makhluk Tuhan yang mulia dan tertinggi. Seba- gai perbandingan,
bagaimana agama-agama memandang manusia, berikut ini akan dijelas- kan :
Pertama pandangan agama Hindu
tentang manusia; agama ini menyatakan bahwa manusia di dunia ini ditetapkan
lahir berkasta-kasta dan seluruh kehidupannya diatur oleh peratur- an yang kaku
(their whole life is governed by rigid rules). Kasta-kasta menunjukkan harkat dan martabat manusia yang
berbeda; kasta Brahma golongan pendeta dianggap sederajat walau pun tidak melebihi daripada tuhan-tuhan.
Kasta Ksatria yaitu golongan pemerintah dan pahlawan-pahlawan. Kasta waisya
golongan tani dan saudagar dan kasta sudra golongan budak.
Agama Budha tidak memandang
manusia dalam kasta-kasta. Tetapi prinsip doktrin agama ini meniadakan
kesenangan dan kenikmatan hidup duniawi. Tujuan hidup adalah nirwana. Dalam hal
ini roh harus mengalami reinkarnasi.
Agama Shinto memandang raja
sebagai wakil Tuhan di Bumi, karena dewa
telah bersema- yam dalam diri raja.
Siapa yang durhaka pada raja berarti durhaka pada tuhan. Mentaati ra- ja
berarti mentaati Tuhan.
Agama Nasrani; menurut agama
samawi ini bahwa manusia lahir kedunia membawa dosa warisan dari dosa asal Nabi
Adam, oleh karena itu Yesus sengaja turun dari Surga ke dunia untuk disalib
sebagai tebusan dosa-dosa manusia. Karena itu Yesus Kristus dianggap seba- gai
juru selamat. Keselamatan manusia tergantung atas imannya pada penyaliban Yesus.
Manusia menurut pandangan Islam.
Islam menyebut manusia
denga sebutan bani Adam (Q.S.
al-Isra(17):70. basyar (Q.S.al-kahfi
(18):110, al-Insan ( Q.S. al-Insan (76);1 dan an-nas ( an-Nas(114):1. Berbagai
rumusan tentang manusia telah diungkapkan, seperti uraian diatas. Berikut ini
makna manusia menurut pandang- an Islam. Menurut islam manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk ber- iman kepada Allah, dengan
menggunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wah- yu serta mengamati
gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan ber-
Bertitik tolak dengan rumusan tersebut di atas, maka menurut ajaran Islam
manusia mempunyai ciri khas dan utama dibandingkan dengan makhluk lain, antara
lain adalah:
a. Manusia makhluk Allah yang paling unik.
Dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.”sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya,” (Q.S.at-Tin(95):4. Kelebihan
dan kesempurnaan manusia ketimbang makhluk Tuhan
lainnya dapat dilihat dari struktur
tubuh, gejala kejiwaan, mekanisme organ tubuh, proses partum- buhan yang
bertahap. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dan
ketergantungannya dengan sesuatu, menunjukkan ada kekuasaan yang berada di luar
diri manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk, tentu memiliki
kelemahan-kelemahan seper- ti yang dijelaskan oleh Al-qur’an, seperti manusia
makhluk yang melampaui batas (Q.S. Yunus(10):12; “
#sÎ)ur ¡§tB z`»|¡RM}$# Ø9$# $tR%tæy ÿ¾ÏmÎ7/YyfÏ9 ÷rr& #´Ïã$s% ÷rr& $VJͬ!$s% $£Jn=sù $uZøÿt±x. çm÷Ztã ¼çn§àÑ §tB br(2 óO©9 !$oYããôt 4n<Î) 9hàÑ ¼çm¡¡¨B 4 y7Ï9ºxx. z`Îiã tûüÏùÎô£ßJù=Ï9 $tB (#qçR%x. cqè=yJ÷èt ÇÊËÈ
Langganan:
Postingan (Atom)